Artikel ku

Senin, 15 Desember 2014

Pendekatan Value Engineering di Negara Maritim


DEPOK -- Tidak hanya kebutuhan pangan, energy dan air yang menjadi masalah di Tanah Air. Kebutuhan transportasi publik dan infrastruktur jalan juga sekarang ini menjadi salah satu kendala terbesar di Indonesia. 
Pertumbuhan populasi yang signifikan berbanding terbalik dengan pertumbuhan kebutuhan transportasi penduduk. Hal ini senada yang diungkapkan Direktur PT Jasa Marga Hasanuddin dalam seminar pembangunan jalan tol di Universitas Indonesia, Jumat (21/3).

Hasanudin menyampaikan, industry jalan tol di Indonesia masih belum menjanjikan sehingga masih minimnya investor yang mau bermain disektor ini. Padalah menurutnya, salah satu kunci pertumbuhan perekonomian bangsa ditunjang dengan transportasi jalan yang baik.

Berkaca dari fenomena tersebut, permasalahan terkait kurangnya minat investor untuk berinvestasi di sektor jalan tol sebenarnya dapat dipecahan dengan pendekatan value engineering.
Menurut Zimmerman dan Hart (1982), Value Engineering merupakan sebuah teknik manajemen yang menggunakan pendekatan sistematis sehingga diperoleh keseimbangan fungsional antara biaya, kinerja proyek dan produk yang dihasilkan.

Dengan menambah fungsi jalan tentu akan meningkatkan nilai tambah yang dimiliki jalan. Rancangan  jembatan Selat Sunda yang dibangun ID-TECH (Integrated Design and Technology) misalnya.

Sebuah rumah dengan harga Rp 100 juta tidak akan menghasilkan apa-apa dibandingkan dengan sebuah rumah yang dilengkapi dengan toko di bagian bawahnya. Pemilik dapat menjadikan rumah sekaligus tempat ia berbisnis dimana ia dapat memotong biaya sewa toko, transportasi pulang-pergi dari tempat kerja ke rumah dan biaya-biaya tambahan lainnya yang dikeluarkan ketika ia harus memiliki toko di tempat lain.

Contoh sederhana ini merupakan gambaran umum dari teori pendekatan Value Engineering pada sebuah proyek.  Konsep yang sama juga bisa diterapkan pada pembangunan jalan tol. Dengan penambahan fungsi dari jalan tol dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai ROR dari proyek tersebut. Dengan begini pengembalian investasi sesuai dengan waktu yang direncanakan bahkan diharapkan bisa lebih cepat. Sehingga minat investor menjadi lebih tinggi.

Kehadiran investor sendiri di Indonesia sangat penting. Pembangunan proyek publik ini masih membutuhkan bantuan investor asing karena dana APBN masih belum mumpuni untuk membiayai belanja negara ditambah dengan pembangunan infrastrukturnya.

Tentunya kerjasama antara pihak private dan publik, dengan sistem kerjasama PPP (Public Private Partnership) dapat menjadi sebuah jalan terang untuk menangani kasus-kasus seperti ini.
Di Indonesia sendiri pembangunan jalan darat bukan jalan satu-satunya meningkatkan infrastruktur jalan. Sebagai negara kepualauan yang terpisahkan oleh laut dan terdiri dari ribuan pulau, peningkatkan transportasi laut menjadi satu pilihan yang menjanjikan bagi Indonesia.

Namun tentunya peningkatan transportasi perairan ini bisa sejalan dengan pembangunan transportasi darat.  Indonesia masih memerlukan tol sebagai sarana penunjang transportasi darat di kelima pulau besar yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar